Digitalisasi Aset Persyarikatan dan Big Data Muhammadiyah

1
150
Ace Somantri (dok. bandungmu.com)

Oleh : Ace Somantri

CIREBONMU  –  Membaca situasi dan kondisi persyarikatan Muhammadiyah dengan berbagai pendekatan dengan berusaha melihat kondisi objektif, kebanggan yang dirasakan sebagai warga persyarikatan adalah hal yang pasti. Pimpinan, pengurus dan anggota persyarikatan menyadari betul bahwa apa yang hari ini dapat dilihat banyak tumbuh berkembang berbagai jenis amal usaha didaerah-daerah dimana Muhammadiyah berada. Banting tulang para pimpinan, pengurus dan anggota bahkan juga simpatisan menginisiasi melahirkan amal usaha sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-masing level persyarikatan Muhammadiyah. Kelebihan yang dimiliki persyarikatan Muhammadiyah, dengan level persyarikatan tidak menghalangi untuk berkiprah dan berkontribusi. Sekalipun tingkat ranting, Muhammadiyah dengan jamaahnya mampu membuktikan kesungguhan menggembirakan dan memakmurkan sehingga mendatangkan aset-aset persyarikatan, baik aset bergerak maupun aset tidak bergerak. Bahkan ada salah satu ranting Muhammadiyah di Jawa Tengah sangat luar biasa memiliki pabrik kayu yang sudah di ekspor ke luar Indonesia.

Bangga dan membanggakan bangsa dan negara, juga membangga umat Islam di Dunia dengan kehadiran persyarikatan Muhammadiyah sebagai entitas muslim yang mampu menunjukan kiprah dan kontribusi kepada umat manusia untuk sebuah pergerakan dalam pembaharuan Islam yang benar-benar mendekati sesuai kehendak Ilahi Robbi. Nafas dan keringat Kiyai Dahlan bersusah payah menjelmakan persyarikatan hingga kini tetap masih terasa, engahan nafas sebagai spirit dan cucuran basah keringat menjadi motivasi telah banyak melahirkan generasi-generasi rabbani yang tetap istiqomah mengawal persyarikatan Muhammadiyah tetap berdiri kokoh, maju dan berkembang. Allahuakbar walillahilhamdu, atas ijin, perlindungan dan pertolongan Allah Ta’ala. Segala upaya yang dilakukan Kiyai Dahlan beserta anggota dan jamaahnya, karya nyata dari ide dan gagasannya telah banyak mendatangkan aset-aset berharga yang yang tak ternilai harganya. Bentangan luas mata memandang, diatas bumi banyak berkibar panji-panji Muhammadiyah dengan amal usahanya yang terus tumbuh diberbagai pelosok negeri menembus batas negara hingga keluar negeri. Aliran keringat para pejuang pergerakan Muhammadiyah terus mengalir tak pernah berhenti.

Perlu dicatat dan tidak boleh lengah, para pimpinan, pengurus, anggota dan simpatisan Muhammadiyah untuk saling mengingatkan, saling memberi saran dan bahkan sangat diperlukan saling mengkritisi yang konstruktif untuk dinamika persyarikatan terus tumbuh memberi solusi beriringan sesuai kebutuhan peradaban dunia. Era global memaksa dalam ruang masa yang berjalan dengan disrupsinya, sektor kehidupan apapun yang berada didunia tidak terlewati dengan derasnya disrupsi dalam wujud digitalisasi kehidupan. Begitupun Muhammadiyah bagian dari kehidupan dunia sebaiknya mengimbangi kecepatan tuntutan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus mendisrupsi. Resposifitas persyarikatan saat ini masih tergolong melambat terhadap fenomena era digital akibat dari disrupsi. Big data sebagai sumber kekuatan era digital, persyarikatan dengan aset-asetnya belum terbentuk sistem teknologi yang dapat dijadikan kekuatan teknologi berbasis big data. Padahal, ratusan perguruan tinggi milik Muhammadiyah  tersebar diseluruh ibu kota provinsi di Indonesia. Tidak ada alasan Muhammadiyah tidak memiliki big data sebagai sumber kekuatan, baik itu kekuatan sumber finansial maupun kekuatan lain yang tak ternilai harganya.

Sangat yakin sekali, para pakar dan ahli teknologi digital lebih dari ratusan orang yang dimiliki persyarikatan Muhammadiyah. Kita dapat bayangkan, organisasi gerakan Islam sebesar Muhammadiyah jikalau benar-benar memiliki big data yang terkoneksi dengan seluruh instrumen aset Muhammadiyah, hal itu membuktikan pada dunia bahwa persyarikatan Muhammadiyah menjadi tantangan besar para kapitalis dunia. Dan sangat mungkin, pada saat waktu tertentu Muhammadiyah menjadi ancaman serius pihak-pihak tertentu yang terganggu wilayah keserakahannya sehingga Muhammadiyah akan diserang dengan berbagai cara untuk melumpuhkannya. Bukan tidak mungkin serangan yang dilakukan pihak-pihak yang berkepentingan akan keserakahan kekuasaan dunia, Muhammadiyah akan mengalami apa yang pernah terjadi peradaban Islam di abad pertengahan ketika mengakhiri puncak kejayaannya akibat dari lengah dan abai terhadap keberlanjutan. Percaya atau tidak, kunci keberlangsungan peradaban zaman ada pada keberlanjutan para para filosof dan ilmuwan yang terus berfikir dan berkarya dengan ijtihad (inovasi) yang terus menerus melahirkan generasi pemikir, menciptakan karya-karya dan mengembangkan varian disiplin ilmu sesuai tuntutan dan kebutuhan manusia setiap masanya.

Muhammadiyah dengan sederet hamparan aset-aset sangat luas, baik dalam bentuk aset tangible maupun intangible masih berserakan tidak terkondisikan dengan baik dan benar. Tidak aneh ada banyak aset milik persyarikatan yang tidak terpelihara dan tidak terjaga dengan baik sehingga berpindah kepemilikan, ada juga ada aset yang tidak ikat dengan baik sehingga lari entah kemana, bahkan tidak sedikit aset hanya dinikmati segelintir orang yang tak bertanggungjawab. Hal itu semua dapat dipastikan belum tertata dengan baik dalam manajemen aset terpadu. Saat ini untuk masa depan, Digitalisasi Aset Muhammadiyah menjadi hal yang wajib untuk dilakukan tanpa alasan apapun. Belum kering keringat yang bercucuran mendatangkan aset untuk Muhammadiyah kemudian hilang begitu saja dibiarkan tanpa ada merasa bersalah dan seolah tak berdosa akibat tidak diproses hak kepemilikannya menjadi milik persyarikatan dengan baik dan benar. Hal itu sangat mungkin terjadi  dibeberapa kasus serupa yang tidak terdeteksi secara valid diberbagai daerah baik itu ditingkat ranting, cabang dan daerah Muhammadiyah diberbagai tempat.

Dalam kondisi apapun, saat ini Muhammadiyah secara institusional sebagai organisasi sosial terkaya di dunia, sangat membanggakan disatu sisi. Namun disisi yang lain ketika dijadikan bargaining position secara global belum memiliki posisi tawar yang merepresentasikan sebagai salah satu NGO besar didunia sebagaimana layaknya sebuah negara besar. Sekalipun bukan negara, Muhammadiyah karena memiliki infrastruktur yang lebih dari cukup, yakin sekali organisasi sosial yang lain dalam amal usaha atas nama instiusi langsung dapat dikatakan belum ada yang melampauinya, kecuali apiliasi kepada institusi oragnisasi. Kenapa bargaining masih belum begitu kuat, salah satu diantaranya secara faktual persyarikatan selain karena bukan sebuah negara, kekuatan materi belum terorganisir secara integrated dan terpadu dalam satu kebijakan yang komprehensif. Dalam operasionalnya masih berserakan yang farsial. Hal tersebut mengakibatkan proses pengaturan kebijakan pemerataan sistem mutu banyak terkendala. Akhirmya realita yang terjadi terlihat maju masing-masing sesuai tradisi dan kultur yang dibangun oleh amal usaha Muhammadiyah yang dikelola.

Jikalau digitalisasi aset berjalan baik, kemandirian basis data dapat dimiliki dengan penuh kemerdekaan. Maka tidak mustahil kekuatan persyarikatan bukan hanya mempunyai posisi tawar di negara, melainkan didunia internasional. Big data Muhammadiyah tidak mustahil menjadi “new age” di dunia Islam jika benar-benar terwujud digitalisasi aset sepenuhnya. Indonesia mimpi dan bercita-cita generasi emas di tahun 2024, maka Muhammadiyah dengan kekuatan dan potensi yang dimiliki sebelum mewujudkan masyarakat sebenar-sebenarnya, ada tahapan yang akan dilewati mewujudkan masa “diamond period” dalam waktu yang bersamaan generasi emasnya Indonesia. Dengan aset yang dimiliki, ratusan ribu pembelajar Muhammadiyah ditempa dengan berbagai disiplin bidang ilmu. Mereka benar-benar harus dijadikan aset berharga sebagai ujung tombak yang menyebar dan menebar kebaikan berfaham Islam modern yang maju dan memajukan masyarakat atau umat dimanapun berada. Sistem pembelajaran harus menggunakan konstruksi pendidikan yang mampu mengubah mindset pembelajar yang kritis, kreatif, inovatif, progresif dan akseleratif.

Digitalisasi aset bukan sekedar menampung semata seperti tabungan data yang hanya dimanfaatkan orang lain, melainkan menjadikan seluruh data dapat dihidupkan dan menghidupkan persyarikatan bukan data yang dipeti-eskan tak berdaya guna. Monster-monster digital era hari ini maju dan berkembang karena data yang dimiliki dihidupkan oleh pemilik big data. Mereka hanya segelintir orang, namun kualitas berpikir, usaha dan karyanya melampaui ratusan hingga ribuan orang pada umumnya. Dari total penduduk dunia, salah satunya negara Indonesia sebagai konsumen paling aktif yang berperan sebagai “pakan digital”, dari sekian ratus juta penduduk telah mengabiskan quota rata-rata minimal menelan ke angka 50.000-100.000 rupiah perbulan, jika dikalikan jumlah penduduk menyentuh 200 juta yang menggunakan handphone atau smartphone, entah berapa triliyun masuk dalam perut monster digital setiap bulan. Insyaallah Muhammadiyah bisa mewujudkan selama jalan dan caranya mengikuti ajaran Islam yang sebenar-benarnya dengan rumus dan algoritma yang lebih canggih dari Kiyai Dahlan satu abad yang lalu. Masuk akal dan sangat rasional jika abad ini Muhammadiyah memiliki rumus baru menjelmakan persyarikatan menjadi simbol dunia peradaban Islam. Aamiin. Wallahu’alam. (CM)

Bandung, Januari 2024

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini